Thin wax lines are made with a canting needle (or a tjanting tool), a wooden handled tool with a tiny metal cup with a tiny spout, out of which the wax seeps. Other methods of applying the wax onto the fabric include pouring the liquid wax, painting the wax on with a brush, and applying the hot wax to precarved wooden or metal wire block and stamping the fabric.
Dipping a cloth in a dye.
A batik painting depicting two Indian women.After the last dyeing, the fabric is hung up to dry. Then it is dipped in a solvent to dissolve the wax, or ironed between paper towels or newspapers to absorb the wax and reveal the deep rich colors and the fine crinkle lines that give batik its character. This traditional method of batik making is called Batik Tulis (lit: Written Batik).
The invention of the copper block or cap developed by the Javanese in the 20th century revolutionised batik production. It became possible to make high quality designs and intricate patterns much faster than one could possibly do by hand-painting. This method of using copper block to applied melted wax patern is called Batik Cap (pronounced like "chop").
Indonesian batik used for clothing normally has an intricate pattern. Traditionally, wider curves were reserved for batik produced for nobles. The traditional cloth has natural colors (tones of indigo and brown) while contemporary pieces have more variety of color.
Javanese batik typically includes symbols. Some pieces may be mystic-influenced, but very rarely used for clothing. Some may carry illustrations of animals or an other intricate things.
Batik merupakan hasil karya tradisi Bangsa Indonesia. Masing-masing daerah memiliki ciri khas tersendiri.Ada perbedaan corak antara daerah satu dengan daerah lainnya. Karena history satu daerah dengan daerah lainnya berbeda.
Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa "amba" yang berarti menulis dan "titik". Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan "malam" (wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam Bahasa Inggrisnya "wax-resist dyeing".
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Teknik membatik telah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, dan Iran. Selain di Asia, batik juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.
[sunting] Cara pembuatan
Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin.
[sunting] Jenis batik
* Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
* Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
Sekelumit Perkembangan Batik
1. Pola dan warna kain batik mengikuti perkembangan zaman. Awalnya, batik ada di keraton dan digunakan sebagai symbol status pemakainya. Makna dari setiap pola pun sangat dalam. Untuk rakyat, batik berpola dan warna yang lain dari dari keraton. Yaitu pemandangan alam dengan warna cerah. Batik pun mengikuti perkembangan politik penguasa seperti batik belanda dan Djawa Hokokai.
2. Batik Keraton
Mulai dikenal abad 17. Polanya perpaduan budaya Hindu, Budha, Islam dan kepercayaan Jawa.
Ø Keraton Surakarta
Warna : Coklat kemerahan, biru tua, putih cenderung krem
Ø Keratom Yogyakarta
Warna : Soga coklat kemerahan atau coklat tua, biru tua, putih bersih. Polanya lebih teratur dan geometris, dengan perpaduan warna tegas.
3. Batik Petani
Berkembang setelah batik menembus tembok keraton
Pola : Bunga tumbuhan, binatang, dan ragam hias lain dari alam.
Warna : Pesisiran : warna cerah
Pedalaman : Biru, Soga, Putih
4. Batik Belanda
Periode : 1840 – 1940
Pola : Bunga, daun, binatang (bangau, burung kecil, kupu-kupu), serta bertema cerita, seperti Putri Salju dan Si Topi Merah.
Warna : Cerah (merah,biru, hijau, merah muda, oranye, krem, dan soga).
Batik ini dibuat oleh wanita-wanita Indo-Belanda dengan pekerja pribumi terutama di Pekalongan.
5. Batik China
Terkenal dengan produk batik tiga negeri dan dua negeri.
Pembuatan : Pekalongan, Kudus, Demak, Lasem, dan Cirebon
Ø Sebelum 1910
Pola : Binatang mitos China, seperti naga, burung phoenix, kilin, dan singa.
Ø Setelah 1910
Pola : Bunga, daun, burung, kupu-kupu.
Warna : Aneka warna.
6. Batik Djawa Hokokai
Periode : 1942 – 1945
Pola : Bunga bergaya Jepang dipadu pola batik tradisional.
Warna : Cerah
Diberikan kepada orang Indonesia yang dianggap berjasa kepada Pemerintah Jepang. Terkenal dengan produk kain batik pagi sore (satu kain dua pola).
Cikal Bakal Pola Batik
Motif dekoratif di Candi Gedongsongo menjadi pola batik. Beberapa motif yang dipakai adalah medallion, sulur bunga, dan wajik.